Pembelajaran (learning) bahasa harus dibedakan dengan pemerolehan (acquiring) bahasa. Jika pemerolehan bahasa terjadi secara tidak disengaja, maka pembelajaran bahasa diperoleh dengan sengaja. Jika pemerolehan bahasa terjadi lantaran kehendak berpengaruh untuk menjadi penggalan (bersoialisasi dengan) atau kehendak berpengaruh untuk dianggap sebagai warga pemilik bahasa itu, maka pembelajaran bahasa terjadi lantaran "keinginan" untuk mengenali kehidupan orang-orang yang mempergunakan bahasa itu. Jika pemerolehan bahasa terjadi secara tidak direncanakan, dirancang, disistematisasikan, maka pembelajaran bahasa terjadi lantaran pihak lain merancangnya tahap demi tahap, materi demi bahan, tujuan demi tujuan. Rancangan dari pihak lain sanggup saja wujud konkretnya menjadi suatu modul atau aktivitas pembelajaran, yang tanpa santunan orang lain--tanpa guru-- sanggup dikuasainya. Jika pemerolehan bahasa terjadi melalui intake (bahan bahasa yang meaningful/contextual/functional), maka pembelajaran bahasa sanggup saja terjadi melalui bahan-bahan bahasa tanpa konteks.
Karena diketahui karenanya sangat dampak dan imbastif, maka cara memperoleh (acquiring) bahasa menyerupai disebutkan di atas diadopsi ke dalam pembelajaran (learning) bahasa. Muncullah lantaran itu cara pembelajaran kontekstual, di mana materi bahasa dirakit dalam suatu konteks, dipilih sesuai dengan tingkat keseringan kemunculannya, dan dipilih menurut konteks fungsional. Itulah sebabnya, pemilihan materi bahasa harus juga mendasarkan faktor sosiolinguistis dan pragmatis. Faktor sosiaolinguistis memilih pilihan-pilihan variasi sosiaolinguistis: siapa kawan bicara, dalam konteks apa berbicara, akses apa yang dipilih, tujuan apa yang dicapai. Faktor pragmatis memilih pilihan-pilihan variasi kebahasaan menurut tingkat keresmian komunikasi.
Mempelajari bahasa menurut ciri-ciri menyerupai yang terjadi pada pemerolehan bahasa itulah yang secara khusus disebut mempelajari bahasa dengan pendekatan komunikatif. Tujuan pokok dari mencar ilmu bahasa dengan pendekatan itu yaitu dicapainya kemampuan berkomunikasi pada diri pembelajar. Oleh lantaran itu, fungsi-fungsi bahasa menjadi pandom (penuntun) pemilihan variasi-variasi bahasa, yang mencakup variasi ucapan, pilihan kosa kata, pilihan bentuk kata, pilihah frasa, klausa, jenis kalimat, urutan unsur-unsur kalimat, bahkan pilihan jenis tentang tertentu. Karena fungsi bahasa harus menuntun pilihan variasi bahasa, maka mau tidak mau konteks ( wacana) menjadi pandon penting.
Advertisement